Tahun 2006 saya mulai berkenalan dengan Fanny. Kami kebetulan satu angkatan dalam Kursus Dasar Pewarta (Susdape) yang diselenggarakan oleh Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA. Kami angkatan ke-14. Saya pewarta tulis dan Fanny pewarta foto. Beberapa kali, saya dan Fanny sering bertukar pikiran tentang banyak hal. Tetapi memang lebih banyak soal-soal remeh yang personal dan seringkali tidak berujung pangkal. Terkadang nuansa satir dan ironi pada hidup sering terlontar dalam perbincangan itu, namun ujung dari perbincangan kami biasanya adalah tentang kebahagiaan hidup yang –sepertinya- tidak pernah benar-benar sampai. Setelah saya keluar dari ANTARA dan hijrah ke Yogya, beberapa kali saya bertemu Fanny di Jakarta, dan yang paling saya ingat adalah perbincangan kami di ruang merokok Biro Foto ANTARA, di lantai dua, persis di samping jendela besar. Ketika saya bertanya “Are you happy boi?”, Fanny cuma memberi senyum tipis dan gelengan kepala. Tidak ada kata ya, atau tidak. Saya pun t...