Saya pernah membayangkan punya seorang sahabat pena di negeri yang jauh. Lalu kami berkorespondensi secara aktif, sambil bertukar kata soal perbedaan, soal persamaan, perasaan serta mungkin berbagi coklat atau es krim dari masing-masing negeri.
Tapi sayangnya, itu tidak pernah terjadi. Kawan pena saya yang paling lama, hanya bertahan dua kali pengiriman surat. Alasannya, karena tiba-tiba saja saya jadi malas membalas surat-surat itu.
Hmmm, hingga saat ini saya masih senang membayangkan hal itu. Pasti seru, karena thrill nya menunggu balasan surat dari orang yang entah di negeri seperti apa, atau seperti apa rupanya.
Tapi mungkin sulit ya membayangkan itu dilakukan pada masa ini, masa di mana dunia semakin sempit dan jarak juga waktu bisa dicapai dengan sebuah ibu jari.
Ini seperti ketika saya melihat Mary and Max, sebuah film dari tanah liat (clay) yang berdasar dari sebuah kisah nyata. Sebuah kisah persahabatan yang begitu menyentuh, yang terjalin lewat pena.
Lucu, ringan, sederhana sekaligus baru (paling tidak bagi saya). Pengisi suaranya pun amat pas, apalagi aktor favorit saya jadi pengisi suara si Max yaitu Philip Seymour Hoffman.
Menyenangkan sekali pokoknya.
Comments