Skip to main content

Menurut UU Pornografi

Pornografi adalah materi seksualitas yang dibuat manusia dalam bentuk gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, syair, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan komunikasi lain melalui berbagai bentuk media komunikasi dan atau pertunjukan di muka umum yang dapat membangkitkan hasrat seksual dan atau melanggar nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat. Lalu seks itu sendiri punya definisi (ini menurut BKKBN (Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional)). Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vaginavuntuk perempuan. Sementara itu Seksualitas sendiri memiliki berbagai definisi yang dibagi dalam banyak dimensi, yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dan kultural.

Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual. Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran atau jenis. Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks. Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual. Dimensi kultural menunjukan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.

Kemudian yang jadi pertanyaan saya : 1. Maksud materi seksualitas itu yang seperti apa, dan masuk dalam dimensi apa, karena tidak ada satupun definisi yang ada di sini bersifat negatif ? 2. Membangkitkan hasrat seksual. Hmm, memangnya kalau saya melihat hal hal yang bermateri seksualitas (???) hasrat seksual saya dapat melulu bangkit? Saya kalau lihat poster Jhony Deep yang berpakaian lengkap dan sedang duduk anteng saja bisa bangkit hasrat seksualnya, terus, berarti foto Jhony Deep pake baju lengkap dan duduk anteng tadi bisa dianggap pornografi dong??? 3. Melanggar nilai-nilai kemanusiaan? Wah, misalnya saja ada kelompok organ tunggal, tayub, dangdut keliling, dll, yang cuma bisa menghidupi diri mereka lewat pekerjaan pertunjukan keliling yang notabene para penarinya akan meliuk liukkan tubuh dengan genit kepada para penonton...berarti mereka praktis tidak bisa menghidupi dirinya lagi karena yang diperbolehkan cuma organnya saja, para pemain musik tayubnya dan para penari atau penyanyinya cuma bisa duduk diam, mematung di pojokan sambil pake baju yang (katanya) sopan, yang akhirnya tidak ada satupun yang menonton dan tidak ada satupun yang menyawer, terus dimana menghargai nilai-nilai kemanusiaannya??? Memang negara mau memberi mereka penghidupan???

...

women by lucia

(refleksi personal atas kemubaziran sebuah undang-undang yang sepertinya tidak tepat sasaran, karena saya kok masih bisa liat film porno dimana-mana, masih banyak kasus perkosaan, pelecehan, dan blablabla lainnya, yang katanya tidak bermoral....piuhhh)

Comments

Anonymous said…
setuju! merupakan aturan yang aneh menurutku, karena tidak jelas batasannya...

selebihnya sudah aku tuangkan di notes facebook. hehehe...
Lucia Dianawuri said…
iya cil.....sepakat....gak jelas las lass...:D

Popular posts from this blog

Di Belakang Film The Mission : Ketika “si Putih” bekerja dengan “si Merah”.

Sedikit Pengantar Film adalah sebuah karya yang tidak mungkin dikreasi sendirian. Ia muncul menjadi semacam perhelatan bersama berbagai elemen di balik layar serta di depan layar yang pada akhirnya menjadi sebuah konsumsi publik. Film berangkat dari sebuah kerja yang solid antar berbagai individu yang sejatinya memiliki visi dan tujuan sama. Tanpa ada kerja yang benar-benar rekat antar berbagai elemen, seperti para aktor, sutradara, teknis produksi ataupun produser, maka sulit dibayangkan akan tercipta sebuah film yang layak untuk ditonton. Lalu bagaimana jika sebuah film digarap oleh berbagai elemen yang masing-masing memiliki stereotipe-stereotipe yang membuat salah satu diantara mereka menjadi “yang lain”. Predikat “yang lain” inilah yang akhirnya menjadi semacam standar bagi para kru film ini untuk memperlakukan si “yang lain” ini dengan berbeda. Inilah yang jadi begitu menarik dan terlihat jelas dalam “dapur” sebuah film garapan sutradara peraih Oscar, Roland Joffe.”Yang lai

Dunia Diane Arbus, Dunia Sunyi Yang Eksentrik

http://www.atgetphotography.com/The-Photographers/Diane-Arbus.html Saya adalah penggemar karya foto yang memotret manusia tepat pada matanya. Bagi saya, mata itu adalah ruang yang mampu berbicara banyak tentang diri. Ia adalah ruang kosong tempat segala pedih, atau keriaan yang jujur tersimpan. Salah seorang fotografer yang saya kagumi karena  mampu menangkap ruang jujur itu adalah Diane Arbus. Ruang-ruang jujur yang tertangkap kamera itu lah yang membuat karya Diane begitu intim. Seperti ada kedekatan yang tidak artifisial. Dalam setiap bidikannya, Diane mampu menangkap mata dengan begitu telanjang. Mungkin juga karena Diane dan subjeknya sesungguhnya tidak berjarak. Bisa jadi, Diane dan subjek foto itu adalah bagian dari masing-masing. Jangan-jangan yang Diane foto adalah proyeksi tentang dirinya sendiri. Siapakah Diane Arbus ? Diane lahir dengan nama Diane Nemerov pada 14 Maret 1923 di New York. Diane berasal dari kalangan menengah New York. Ia adalah putri Gertrude

Sesudah Melihat 'The Last Temptation Of Christ'

Apreasiasi luar biasa (dan sungguh terlambat) untuk Martin Scorsese, yang masih tetap nekat mengadaptasi novel kontroversial Nikos Kazantzakis ke dalam media film. Ya, saya memang sangat terlambat untuk benar-benar memaknai film ini. Setelah menyaksikan untuk yang ketiga kali tanpa ketiduran (haha), saya akhirnya mampu merefleksi film ini secara lebih personal. Pada saat novel The Last Temptation of Christ terbit tahun 1953, novel ini begitu banyak mengundang kontroversi. Novel ini juga seringkali masuk dalam daftar buku yang dilarang. Sumber kontroversi utama dari buku ini (dan berikutnya film ini), adalah pada dekonstruksi (atau mungkin bisa disebut sebagai refleksi personal) Nikos atas tokoh suci umat Kristen, Yesus, serta kisah penebusan oleh Yesus yang sudah didogmakan dalam Injil. Maafkan karena saya belum membaca novelnya. Oleh karena itu, saya hanya bisa merefleksi film garapan Scorsese yang sempat mendapat nominasi Academy Award untuk kategori Sutradara Terbaik.